Oleh: SYAHIDIN, S.Pd.I., M.A
Kepala SMAN 1 Bunguran Timur Laut,
Mahasiswa Prodi Doktor Pendidikan Agama Islam
Universitas Muhammaddiyah
Natuna, leadernusantara.com-Kegiatan Belajar mengajar yang sering dijumpai di kelas yang biasa menggunakan pembelajaran tatap muka (face-to-face) membuat sebagian siswa merasa bosan untuk mengikutinya. Hal tersebut menyebabkan siswa suka membolos pada proses pembelajaran karena tidak ada ketertarikan dalam mengikutinya. Hal tersebut menyebabkan hasil yang diharapkan oleh guru dan siswa tidak sesuai. Selaian itu Ketika terjadinya pandemi seperti saat ini, tentu harus ada berbagai inovasi agar pembelajaran tetap dikedepankan. Terlebih di era 21 ini perkembangan teknologi yang pesat membuat siswa berpikir proses pembelajaran tidak diharus di kelas. Mereka berpikir dengan memanfaatkan teknologi yang ada, proses pembelajaran juga dapat berlangsung. Proses pemanfaatan teknologi pada pembelajaran biasa disebut dengan pembelajaran elektronik atau e-learning. Sebagian siswa merasa bahwa menggunakan model pembelajaran tatap muka di kelas (face-to-face) terlalu kuno sehingga dengan menerapkan e-learning pada proses pembelajaran tidak akan ketinggalan zaman dan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan serta lebih efektif. Akan tetapi proses pembelajaran yang hanya memanfaatkan teknologi saja atau yang hanya menerapkan e-learning tidak dapat sepenuhnya berhasil. Hal tersebut dikarenakan gaya belajar masing-masing siswa berbeda-beda.
Gaya belajar dikelompokan menjadi 3, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar audio dan gaya belajar kinestetik. Para siswa yang memiliki gaya belajar visual dan audio mungkin akan berhasil dalam mengikuti pembelajaran dengan penerapan e-learning akan tetapi untuk para siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik mungkin memiliki kesempatan kecil akan berhasil pada proses pembelajaran.
Disamping gaya belajar yang berbeda-beda, komunikasi antar siswa dan antara guru dengan siswa juga diperlukan. Mengapa komunikasi diperlukan? Karena dengan berkomunikasi, baik siswa maupun guru akan mengetahui sejauh mana hasil yang didapatka dalam proses pembelajaran. Kelemahan utama pembelajaran e-learning, yaitu intensitas bertemu antar siswa dan pengajar sangat minim serta sulit untuk dapat melakukan sosialisasi antar siswa. Dengan demikian, pembelajaran tatap muka sangat penting juga untuk diterapkan akan tetapi melihat perkembangan teknologi yang luas guru/pengajar juga harus bisa untuk memanfaatkannya untuk dapat menarik siswa mengikuti proses pembelajaran dan mempelajari mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mangatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan blended learning sehingga para siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran
Blended learning adalah sebuah model pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan e-learning. Blended learning merupakan konsep baru dalam pembelajaran dimana penyampaian materi dapat dilakukan di kelas dan online. Penggabungan yang dilakukan secara baik antara pengajaran tatap muka dimana pengajar dan pebelajar bertemu langsung dan melalui media online yang bisa diakses kapanpun. Penggabungan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan e-learning tersebut disebabkan karena terbatasnya waktu dan mudah membuat siswa merasa cepat bosan dalam proses pembelajaran serta tuntutan perkembangan teknologi yang semakin luas.
Blended learning saat ini tengah ramai dibicarakan karena proses pembelajaran di kelas yang membosankan dan perkembangan teknologi yang semakin luas pula sehingga banyak praktisi yang mengembangkan dan memberikan pendapat mereka tentang pengertian blended learning, Blended learning adalah menggabungkan keunggulan e-learning, keunggulan face-to-face, dan praktiknya. Selain itu blended learning juga sebagai gabungan online dan face-to-face pada kegiatan pembelajaran. Blended learning yang sering disampaikan adalah pembelajaran yang menggabungkan dengan media pembelajaran, pembelajaran yang menggabungkan model-model pembelajaran dan teori-teori pembelajaran dan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran online.
Secara sederhana blended learning adalah penggabungan pembelajaran e-learning dengan pembelajaran tatap muka (face-to-face) yang menggunakan media pembelajaran serta teori-teori pembelajaran dalam proses pembelajaran.
- Karakteristik Blended learning
Adapun karakteristik dari blended learning yaitu:
- Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam. Penggabungan model pembelajaran konvensional dengan belajar secara online bukanlah hal yang baru, dan pelengkap pembelajaran konvensional adalah e-learning. E-learning merupakan metode pembelajaran yang berfungsi sebagai pelengkap metode pembelajaran konvensional dan memberikan lebih banyak pengalaman afektif bagi pelajar. Perbedaan pembelajaran konvensional atau e-learning yaitu pada pembelajaran konvensional guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajaranya. Sedangkan didalam e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya.
- Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.
- Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran. Blended learning dapat membuat peserta didik lebih termotivasi untuk melakukan pembelajaran mandiri. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta didik yang online dalam pembelajaran. Disini juga peserta didik bertanya dalam suatu forum diskusi dengan guru maupun dengan peserta didik lain. Selain forum diskusi peserta didik menggunakan media sebagai wahana untuk bertanya bertukar informasi dengan peserta didik lain.
- Guru dan orangtua pembelajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung. Blended learningmerupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Dan juga memberikan fasilitasi belajar yang sangat sensitif terhadap segala perbedaan karakteristik pskiologis maupun lingkungan belajar. Intinya Blended e-Learning berisi tatap muka, dimana beririsan dengan blended e-learning. pada blended e-learning terdapat pembelajaran berbasis komputer yang berisikan dengan pembelajaran online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran berbasis internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Pembelajaran dengan menggunakan media berbasis yang populer dengan sebutan Web-Based Training (WBT) kadang disebut Web-Based Education (WBE) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Suatu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi web ini dapat mebantu proses belajar. Pada blended learning informasi yang di dapat oleh peserta didik lebih banyak dan dari berbagai sumber. Dengan mendapat informasi yang lebih mereka mampu menyelesaikan permasalahan, menganalisis, membandingkan dengan kecukupan informasi yang mereka dapat. Informasi atau materi yang ada dalam pembelajaran online antara lain dalam bentuk, teks, gambar, movie, animasi, simulasi, partisi- pasi dalam diskusi, dan mengemukakan pendapat.
- Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
- Kelebihan Blended Learning
Blended learning dikembangkan karena kelemahan-kelemahan yang muncul pada pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan e-learning. Selain dikembangkan karena munculnya kelemahan dari kedua pembelajaran tersebut, blended learning dikembangkan karena kelebihan dari pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan e-learning. Adapun kelebihan dari blended learning yang diungkapkan oleh Kusairi (dalam Husamah 2014: 35), yaitu:
- peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi materi yang tersedia secara online
- peserta didik dapat berkomunikasi/berdiskusi dengan pengajar atau peserta didik lain yang tidak harus dilakukan saat di kelas (tatap muka)
- kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik di luar jam tatap muka dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar
- pengajar dapat menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet
- pengajar dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran
- pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan balikan, dan memanfaatkan hasil tes dengan efektif.
- peserta didik dapat saling berbagi file dengan peserta didik lainnya.
Berdasarkan pemaparan Kusairi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan dari blended learning yaitu kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas maupun diluar kelas dengan memanfaatkan teknologi untuk menambah materi pelajaran dan soal-soal yang diberikan di kelas maupun melalui online yang dikelola dan dikontrol sedemikan rupa oleh guru supaya kegiatan pembelajaran dapat berlangsung, serta komunikasi antar siswa dan antara guru dengan siswa dapat terjalin baik ketika berada di kelas maupun di luar kelas (online) dengan membentuk sebuah grup diskusi yang memanfaatkan perkembangan teknologi di era ini karena pembelajaran tanpa ada komunikasi tidak akan memberikan hasil sesuai dengan harapan baik dari guru mapun siswa. Dewey dan Moore (dalam Comey; dalam Sari, 2016) berpendapat bahwa komunikasi merupakan peranan penting dalam proses pembelajaran dan mejadi kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif
- Kekurangan Blended Learning
- Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
- Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online
- Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.
- Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan e-learning
- Pengajar perlu menyiapkan waktu untuk mengembangkan dan mengelola pembelajaran sistem e-learning, seperti mengembangkan materi, menyiapkan assesment, melakukan penilaian, serta menjawab atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan oleh peserta didik.
- engajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik dan referensi digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka.
- Diperlukan strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan potensi blended learning
- Ragam Blended Learning
Adapun ragam model pembelajaran Blended Learning terdiri dari 6 yaitu:
- Station Rotation Blended Learning. Station-Rotation blended learning adalah menggabungkan ketiga stasiun atau spot dalam satu jam tatap muka dibagi menjadi tiga. Misalkan satu tatap muka terdiri atas 90 menit, maka waktu tatap muka 90 menit itu dibagi tiga waktu untuk masing-masing tahapan dalam spot yang berbeda yaitu 30 menit. ketiga spot tersebut terdiri atas online instruction, Teacher-led instruction, dan Collaborative activities and stations.
- Lab Rotation Blended Learning. Model Lab Rotation Blended Learning mirip dengan Station Rotation, yaitu memungkinkan siswa mempunyai kesempatan untuk memutar stasiun melalui jadwal yang telah ditetapkan namun dilakukan menggunakan laboratorium komputer khusus yang memungkinkan dilakukan pengaturan jadwal yang fleksibel dengan guru. Dengan demikian diperlukan laboratorium komputer.
- Remote Blended Learning atau Enriched Virtual. Dalam pembelajaran Remote Blended Learning, fokus siswa adalah menyelesaikan pembelajaran online, mereka melakukan pembelajaran tatap muka dengan guru hanya sesekali sesuai kebutuhan.
- Flex Blended Learning. Flex termasuk dalam jenis model Blended Learning di mana pembelajaran online adalah inti atau tulang punggung pembelajaran siswa, namun masih didukung oleh aktivitas pembelajaran offline. Siswa melanjutkan pembelajaran yang dimulai di dalam kelas nyata dengan jadwal yang fleksibel yang disesuaikan secara individual dalam berbagai modalitas pembelajaran.
- The ‘Flipped Classroom’ Blended Learning. Blended learning versi Flipped Classroom ini merupakan versi yang paling banyak dikenal, Flipped Classroom dimulai dari pembelajaran siswa yang dilakukan secara online di luar kelas atau di rumah dengan konten-konten yang sudah disediakan sebelumnya. Setelah melakukan proses pembelajaran online di luar sekolah siswa kemudian memperdalam dan berlatih memecahkan soal-soal di sekolah bersama guru dan / atau teman kelas. Dengan demikian bisa dianggap peran pembelajaran tradisional di kelas menjadi “terbalik”.
- Individual Rotation Blended Learning. Model Individual Rotation memungkinkan siswa untuk memutar melalui stasiun-stasiun, tetapi sesuai jadwal individu yang ditetapkan oleh guru atau oleh algoritma perangkat lunak. Tidak seperti model rotasi lainnya, siswa tidak perlu berputar ke setiap stasiun; mereka hanya berputar ke aktivitas yang dijadwalkan pada daftar putar mereka.
- Implementasi Blended Learning dalam Pembelajaran PAI
Dikutip dari artikel ilmiah yang ditulis oleh Prof. Dr. Herawati Susilo dengan judul Blended Learning untuk Menyiapkan Siswa Hidup di Abad 21, menyampaikan bahwa blended learning memberikan banyak manfaat, khusunya bagi peserta didik. Oleh karenya sangat cocok diterapkan terutama dalam materi Pendidikan Agama Islam yang pada dasarnya mengandung banyak sekali materi berupa bacaan dan cerita. Selain itu Blended Learning juga Membentuk Kemandirian Belajar, model ini mampu meningkatkan mutualitas serta kualitas pembelajaran. Pembelajaran ini dapat menunjukan perbedaan yang lebih baik dalam segi motivasi, minat, maupun hasil belajar peserta didik dibanding metode-metode lain terutama metode dalam pembelajaran langsung, sehingga metode Blended Learning berhasil menjadi trend dan banyak digunakan di sekolah dan perguruan tinggi terkemuka di dunia.
Dalam proses pelaksanaannya, dengan keterlibatan dan partisipasi dalam proses pembelajaran, Blended Learning dapat meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik. Selain itu, adanya interaksi dalam model pembelajaran. Dalam Pembelajaran PAI, model pembelajaran Blended Learning juga sangat cocok diterapkan dalam Pembelajaran PAI, hal itu disebabkan karena Penilaian Pembelajaran PAI di Sekolah mencakup tiga ranah yaitu Ranah Kognitif, Psikomotor dan Apektif. Namun tentunya kperlu adanya Kerjasama dengan orang tua apalagi di kelas rendah.
Melalui model pembelajaran Blended Learning sebagai seorang guru sangat terbantu, karena dapat menggunakan berbagai media sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi pembelajaran atas dasar kemampuan seorang guru. Namun untuk Ranah apektif tentunya harus ada kerja sama antara guru dan orang tua.
Referensi
Akmal, R., & Ritonga, M. (2020). Learning of Islamic Religious Education in Covid-19 Period: Analysis of Problems and Solutions for Parents. TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 05(02), 177–188.
Alim, N., Ritonga, M., & Mafardi. (2020). Korelasi Kegiatan Ekstrakurikuler Sanggar Al-Quran dengan Hasil Belajar Al-Quran Hadits di MAN 4 Pasaman Barat. Intiqa: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, 12(2), 246–255.
Anugrahana, A. (2020). Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(3), 282–289.
Azis, T. N., & Shalihah, N. M. (2020). Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Google Form. Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam, 13(1), 54–65.
Dina, L. N. A. B. (2020). Respon Orang Tua Terhadap Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19. THUFULI: Jurnal Ilmiah Pendidikan I, 2(1), 45–52.
Didin, S. Husaini, M, Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam Perspektif Pendidikan Islam
Firdaus. (2020). Implementasi dan Hambatan pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Utile, VI(2), 220–225.
Husna, S. A., Ritonga, M., Lahmi, A., Saputra, R., & Ayu, S. (2020). The Teachers Unpreparedness in Carrying Out Islamic Education Learning using the Revised 2013 Curriculum in Elementary School. European Journal of Molecular & Clinical Medicine, 7(2), 1520–1528.
Iqbal, M., Rosramadhana, Amal, B. K., & Rumapea, M. E. (2018). Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Penggunaan Google Forms Sebagai Media Pemberian Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1), 120–127.
Kintu, M. J., Zhu, C., & Kagambe, E. (2017). Blended learning effectiveness: the relationship between student characteristics, design features and outcomes. International Journal of Educational Technology in Higher Education, 14(7), 1–20. https://doi.org/10.1186/s41239-017-0043-4
Kristina, M., Sari, R. N., & Nagara, E. S. (2020). Model Pelaksanaan Pembelajaran Daring pada Masa Covid 19 di Provinsi Lampung. Jurnal Idaarah, IV(2), 200–209.
Nurlaili, Ritonga, M., & Mursal. (2020). Muroja’ah Sebagai Metode Menghafal al-Qur’an Studi Pada Rumah Tahfiz Yayasan Ar-Rahmah Nanggalo Padang. Menara Ilmu, XIV(02), 73–82.
Panambaian, T. (2020). Penerapan Program Pengajaran dengan Model Blended Learning pada Sekolah Dasar di Kota Rantau. Analytica Islamica, 22(1), 52–68.
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu Volume, 4(4), 861–872.
Sjukur, S. B. (2012). Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(3), 368–378.
Wardhani, T. Z. Y., & Krisnani, H. (2020). Optimalisasi Peran Pengawasan Orang Tua dalam Pelaksanaan Sekolah Online di Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 48–59.(**)
Discussion about this post