Batam (leadernusantara) – Konfresi Kerja Nasonal Persatuan Guru Repoblik Indonesia (Konkernas PGRI) ke V, priode ke 21, 2018. Resmi dibuka oleh Menteri Dalam Negeri Tjahyoo Kumolo pada Jum’at pagi, 2 Februari 2018, di Balroom lantai 4 Hotel Facipik Batam Kepri.
Acara ini dilaksanakan mulai Tanggal 1 hingg 4 Februari 2018, diawali dengan jamuan makan malam bersama di Restouran Golden Prowan Pada( 1/2). Pada (2/2) pembukaan secara resmi oleh Mendagri. Usai pembukaan peserta melaksanakan Rapat Kerja Nasional PGRI ke V, 2018.
Sambutan Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo mengarahkan, kepada pemerintah daerah Provinsi Kepri beserta Konfresi Kerja Nasional PGRI, dapat menghasilkan gagasan yang berkuwalitas, tidak untuk PGRI saja, tetapi juga untuk masyarakat bangsa dan Negara Indonesia. Kata Tjahyo Kumolo.
Menurut Tjahyo, Melalui nawa cita pemerintahan Jokowi Jk, berbagai program yang dicanangkan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kwalitas sumberdaya manusia. Peran serta guru sangat menentukan dalam membangun sumber daya manusia para generasi bangsa kedepan.
Guru, harus punya impian dan imajinasi akan mampu menyusun konsepsi serta gagasan, untuk bangsa dan Negara. Program Indonesia pintar, melalui wajib belajar Dua Belas Tahun. Sebagai penentu kwalitas pendidikan kuncinya, para pendidik dan tenaga kependidikan, harus punya keberanian untuk membangun bangsa dan Negara di semua bidang.
Tugas PGRI menegakan kode etik Guru, memberikan bantuan hukum kepada Guru, memberikan perlindungan profesi Guru, melakukan pembinaan dan pengembangan profesi Guru, dalam memajukan pendidikan Nasional, dengan berbagai konsep, mengajar, mendidik, membimbing, melatih peserta didik.
Tantangan yang dihadapi bangsa pada saat ini semakin besar dan semakin komplek, yang pertama adalah Radikalisme, terorisme, ikrar para Guru berpegang pada cita cita proklamasi kemerdekan Indonesia, mengutamakan tanggung jawab untuk mengamankan dan mengamalkan pancasila, harus menjadi pedoman bagi guru. Ucap Tjahyo.
Kemudian Tjahyo Kumolo mengamanatkan, untuk menjaga kedahulatan Repoblik Indonesia serta menjaga idiologi Negara, ini bukan tanggung jawab TNI dan Polri saja maupun pemerintah daerah, akan tetapi para Guru juga harus bertanggung jawab terhadap bangsa dan Negara Indonesia. Tegas Tjahyo.
Kita sebagai bangsa harus berani menetukan sikap siapa kawan dan siapa lawan, terhadap perorangan atau kelompok, terbuka maupun tertutup, yang terang terangan yang ingin merubah idiologi Negara kita, maka kita harus menentukan sikap, untuk melawan siapapun yang berupaya merubah idiologi Negara kesatuan harga mati tidak boleh ditolerir.
Tjahyo menjelaskan, Ratusan jalur tikus di kepulauan Riau, bayangkan ratusan warganegara asing masuk melalui Kepulauan Riau, melalui Sanger, melalui Entekong, Sanggau, berkumpul di Poso, untuk melawan Negara Repolik Indonesia yang dapat mengancam stabilitas bangsa kita, harus diwaspadai.
Ancaman kedua berkaitan dengan Narkoba, 50 sampai 60 Orang perhari meninggal, mulai menghirup Lem, Oplosan sampai Sabu, yang telah ditangkap, atau belum ditangkap, kalau mahu jujur kepolisian menanggung beban hutang, setiap polres itu besar sekali, tahannya penuh.
Padahal pengguna narkoba tidak boleh ditahan, malainkan direhabilitas, tetapi biaya rehabilitas perseratus ribu Orang, hampir 1 Triliun Rupiah. Data BNN hampir 5 juta orang pengguna Narkoba di Indonesia, berapa tahun Negara harus menanggung untuk merehabilitasi pengguna Narkoa.
Maka dari itu Tjahyo menghimbau agar mengawasi anak didik, mengawasi lingkungan, menggerakan dan meorganisir lingkungan orang tua murid, untuk mengawasi ancaman yang berkaitan dengan Narkoba, dapat merusak generasi bangsa, merupakan tanggung jawab kita bersama, Himbau Tjahyo.
Yang ketiga musuh yang harus kita selesaikan, ketimpangan social, mungkin kalau kita cermati mulai peraliahan dari jaman pak Sukarno ke jaman Suharto, isu pemerintah adalah sandang pangan, papan. Hampir 70 Tahun kita merdeka, yang ada baru sandang, Papannya belum ada.
Artinya bahwa masih banyak bangsa kita yang belum punya rumah layak, maka dari itu program pemerintah seribu rumah, untuk masyarakat yang belum punya rumah, sehinga mereka dapat tinggal dirumah yang layak untuk ditempati. Sebut Tjahyo Kumolo.
Dibeberkannya juga, bahwa bangsa kita masih terdapat kekurangan gizi busung lapar, seperti di Papua, padahal untuk biaya penddidikan dan kesehatan di Papua, diatas 2 Triliun Rupiah pertahun, hanya 4 Juta penduduk. Kalau di Jawa atau Sumatra biaya perorang hanya 2 juta, kalau di Papua diatas 20 Juta. tetapi masih terjadi kekurangan gizi, ketimpangan social, kata Tjahyo.
Kemudian tantangan Korupsi, terjadinya korupsi pada proyek pengadaan barang dan jasa, kepala Sekolah sekaligus menjadi pimpinan proyek pembangunan sekolah, sehingga sibuk dengan mengurus administrasi proyek, bukan lagi sibuk dengan tugas pokoknya sebagai kepala Sekolah mendidik dan mengajar. Ini tidak boleh terjadi. Kata Tjashyo.
Termasuk jual beli jabatan, kalau ada oknum pejabat daerah, menawarkan jabatan harus bayar, Guru harus berani menolak, saya tidak berani menuduh, tetapi semenjak adanya KPK sudah hampir 359 kepala daerah yang ditangka oleh KPK, belum lagi ditangkap kepolisian, belum yang diurus ke Jaksaan, ini suatu penyakit masih ada, tiap tahun meningkat, kata Tjahyo.
Ke 5 kata Tjahyo, yang harus kita cermati dengan baik dan harus diperhatikan stabilitas pertahanan Nasional, wilayahnya Kepulauan Riau besar, sudah dicanangkan pertahanan wilayah Repoblik Indonesia, yaitu Natuna, di Morotai, Pitung, Pulau Selaru, itu bagian dari pusat pertahanan Nasional, beber Tjahyo.
Dua tahun Jokowi JK, sudah membangun daerah pinggiran, membangun perbatasan, insaalah tahun depan membangun wilayah pertahanan dengan alogis standar, lengkap dengan Kapal selam, Kapal tempur, pesawat yang bisa tembak.
Tjahyo berpesan kepada Gubernur, kalau pembahasan anggaran dengan DPRD nya, disisihkan anggaran untuk kesejahteraan para Guru, perawat yang ada di perbatasan, seluruh program perencanaan skala prioritas diutamakan setiap kabupaten dan Kota, baik APBD maupun APBN, kata Tjahyo disambut tepukan para Guru yang hadir.
Dalam kata sambutan Ketua Umum PGRI, DR.Unifah Rasidi mengatakan, persembahan pada malam ini, merupakan bagian dari ciri khas masyarakat Melayu Kepulauan Riau, dalam tradisinya begitu terbuka dan menhormati para tamu.
Sambung Unifah, sebelum acara ini berlangsung kami telah diundang secara khusus, untuk mengunjungi Pulau Penyengat tempat bersejarah dimana Raja Ali Haji dengan Gurindam Dua Belasnya yang telah memberi warna tersendiri bagi masyarakat melayu.
Gurindam Dua Belas sarat dengan makna seakan menjadi pelita pada saat ini yang sangat dibutuhkan bagi pendidikan di Indonesia serta pembangunan bangsa ini. Sebut Unifah Rasidi.
Dalam kata sambutan Gubernur Kepri Nurdin Basirun mengatakan, Mengucapkan terimakasih kepada Menteri Dalam Negeri, dalam kesibukan masih dapat hadir di Negeri bertuah yaitu Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) kususnya Batam.
Nurdin juga mengucapkan terimaksih kepada ketua Umum PGRI Unifah Rasidi yang telah mempercayakan kepada pemerintah Provinsi Kepri, untuk melaksanakan Konfresi Kerja Nasional PGRI ke V Priode ke 21 pada 2018, sebagai tuan Rumah.
Menurut Nurdin atas dasar untuk menyanggupi acara Konfrensi Kerja Nasional PGRI dilaksanakan di Batam Kepri, karena melihat kemampuan ketua PGRI Provinsi Kepri beserta jajarannya, Dadang tidak diragukan lagi kesiapannya dalam melaksanakanacara ini. Kata Nurdin.
“Komitmen pemerintah Provinsi Kepri menyanggupi sebagai tuan rumah dalam acara Komfrensi Kerja Nasional PGRI diadakan di Provinsi Kepri, karena saya yakin dan percaya ketua PGRI Provinsi Kepri beserta jajarannya, Dadang Mampu melaksanakannya”. Sebut Nurdin.
Nurdin Juga mengatakan, Konfrensi Kerja Nasional (Konkernas) PGRI, ke V Priode ke 21 2018, dilaksanakan di Kota Batam, karena kita tahu dizaman modrenisasi untuk melawan kemiskinan, ada sendi-sendi yang perlu ditingkatkan, kalau tidak kita akan jauh ketinggalan dari Negara maju. Kata Nurdin.
Dalam hal ini pemerintah Kepri menitipberatkan kepada para Guru untuk berkonfetisi untuk membangun Provinsi Kepri, dengan tangan dingin Guru insaallah Kperi akan berkembang kedepannya, terutama pendidikan. Kata Nurdin.
Nurdi juga mengatakan, Musuh berat Provinsi Kepri adalah kemiskinan, tentunya konfetisi para Guru akan dapat menghasilkan yang terbaik untuk memerangi kebodohan, pada zaman kemajuan teknologi modrenisasi, dalam hal ini para guru dapat mengambil ilmu agar bisa ditransfernulit dan memenet para paserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Sebut Nurdin singkat.
Sebelumnya Ikrar PGRI dibacakan oleh Ponsionaris pengurus PGRI Kepri, dilanjutkan dengan laporan ketua Pnitia pelaksana kegiatan Drs.Huzaipa Dadang Abdulgani yang merupakan ketua PGRI Provinsi Kepulauan Riau juga menjabat sebagai kepala Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang.
Dalam laporan Drs. Huzaipa Dadang Abdulgani selaku ketua panitia, Atas dasar pelaksnaan Komfresi PGRI 2018, berlangsung dari Tanggal 1 sampai 4 Pebruari 2018, pembiayaan ditanggulai bersama oleh peserta dan peninjau, dibantu pemerintah Provinsi Kepri dan pemerintah Kota Batam.
Dadang mengatakan, Sosok Guru yang instpratif, adalah para guru yang mengkedepankan sikap tauladan, bijak penuh welasiasih memiliki disiplin diri yang kuat, mengkedepankan kata-kata yang positif, tidak segan memberikan apresiasi kepada apapun hasil karya siswa, serta menghormati mereka tanpa pilih kasih. Sebut Dadang.
Masih Dadang, Menyatukan keberagaman dalam persatuan, snantiasa ingin memberikan tidak menyerah dengan bergam tantangan yang dihadapi, itulah cerminan sikap sejati para Guru yang kita harapkan, mampu membangun jiwa anak didik untuk bankit, bersemangat menjelajah rasa ingin tahu pada samudra ilmu pengetahuan yang tak bertepi. Ucapnya.
Sehingga generasi tumbuh menjadi kekuatan luarbiasa yang akan menentukan nasib bangsa kedepan, inilah wujud pendidikan yang kita harapkan. Kemudian Dadang mengajak para hadirin semua, merajut hati untuk bangkit memajukan peserta didik, sesuai dengan etos kerja, agar dunia pendidikan kedepan lebih baik. jelas Dadang.
Kemudian Dadang juga menyampaikan pepatah melayu, “Tempat kusut diselesaikan, tempat keruh dijernihkan, tempat sengketa disudahkan, tempat hukum ditegakan. Sehingga membuat para hadirin bertepuk tangan. Dilanjutkanya, tua tak boleh dipermainkan, tua tak boleh direndahkan, tua wajib dimuliakan.”.
Kemudian menurut Dadang, unkapan ini sesuai dengan Gurindam Dua Belas (12) pasal yang ke 4. Mengumpat dan menguji hendaklah pikir, karena disitu banyak orang yang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibelah, nanti hilang akal di kepala, carilah olehmu sahabat yang boleh dijadikan obat. Carilah olehmu akan guru, yang boleh tahukan setiap seteru. Kembali disambut dengan tepukan yang gemuruh.
Kemudia kata Dadang, semenjak kemerdekaan Repoblik Indonesia, PGRI ingin berjuang mencerdaskan bangsa, mengisi kemerdekaan dalam kedahulatan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, dengan berperang melawan kebodohan.
Diera zaman digital, PGRI sebagai organisasi propesi, siap melakukan trantspormasi perubahan, sebagai kekuatan moral intlektual bangsa yang terus menerus mengajak dan mendorong, seluruh pengurus dan anggotanya, untuk belajar, menggauli teknologi dalam beragam sumber pelajaran, sebagai pusat pengembangan diri dan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
Peruban minsed menjadi focus perubahan kedalam PGRI, agar para Guru, pendidik dan tenaga kependidikan menjadi sosok yang instperatif yang dirindukan kehadirannya oleh peserta didik.
Sebagaimana terdapat dalam bait Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 5, yang berbunyi, “jika hendak mengenal orang yang berbangsa, lihatlah kepada budi dan bahasanya. Jika hendak mengenal orang yang berhagia, sangat memeliaharakan yang siasia.
Jika hendak mengenal orang yang mulia, lihatlah perilakuan dirinya. jika hendak mengenal orang yang berilmu, maka bertanaya dan belajar tiadalah jenuh. Jika hendak mengenal orang yang berakal, hidup didalam dunia mengambil bekal, jika hendak mengenal orang yang baik peranagai, maka lihatlah ketika bercampur dengan orang ramai.
Disamping itu kita juga berharap, Adanya perubahan mindset pengelola pendidikan diberbagai tingkatan, dalam memperbaiki tatakelola pendidikan, utamanya tatakelola Guru, berbagai persoalan dapat diurai melalui tatakelola guru yang jelas, sistematis dan konprhensif.
Saat ini terjadi kekurangan Guru yang masih semua jenjang, khususnya pendidikan dasar dan SMA, SMK sederajat, akibat pensiun besar besaran dan masih kurangnya pormasi pengangkatan Guru selama 9 Tahun terakhir.
Kepada seluruh guru dan tenaga kependidikan, terutama guru honorer, guru tidak tetap, yang selama ini tiada kenal telah mengisi kekosongan Guru dengan mengajar sepenuh hati, kita sampaikan apresiasi dan penghargaan yang tidak terhingga tentunya. Kata Dadang.
Tanpa dedikasi dari mereka dapat dibayangkan bagaimana proses pembelajaran berlangsung, bila gurunya tidak ada. wajar apabila bebagai pihak memberikan perehatian terhadap kesejahteraan dan peningkatan kualitas mereka.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini kita akan melaksakan konfresi Nasional ke V pada tahun 2018. Dengan tema “Membangkitkan kesadaran koletif PGRI dalam meningkatkan disiplin dan etos kerja untuk pendidikan yang bermutu”.
Dadang juga melaporkan kegiatan tersebut, dengan jumlah peserta lebih kurang 2 Ribu Orang peserta dari seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota diwilayah Tanah Air. Bahkan peserta diikuti oleh seorang dari Sekolah Internasional Kualalumpur, yang juga ketua musyawarah kepala Sekolah SMA Luarnegeri.
Kemudian Dadang meminta peserta dari Malaysia itu berdiri untuk memperkenalkannya kepada hadirin yang hadir pada saat itu.
Acara itu dihadiri Mendakri, Ketua Umum PGRI, Gubernur, DPRI, DPD RI, DPRD Provinsi Kepri, Bupati Se Kepri, Walikota Se Kepi, SKPD Kota Dan Kabupaten, FKPD wilayah Provinsi Kepri dan Kabupaten Kota, serta ketua-ketua PGRI Kabupaten/Kota se Indonesia hadir memenuhi ruangan Balroom Lantai 4 Hotel Pcifik Batam. (sdr)
Discussion about this post