PPG DALAM JABATAN
LK.3.1 BEST PRACTICE
METODE STAR
OLEH
ADIS RANDI
NIM. 201900752490
PGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
- PROGRAM PROFESI GURU DALAM JABATAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
BEST PRATICE
- 3.1
Penulis : Adis Randi, S. Pd.I
Jabatan : Guru IPA SMPN 2 Satu Atap Serasan
Metode Best Practice : Situation, Tast, Action dan Result (STAR)
LPTK : Universitas Negeri Malang
Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dengan Menggunakan Model Pembelajaran Project Based Learning pada materi Listrik Dinamis
Situation (Situasi)
Latar belakang masalah dari praktik pembelajaran ini adalah yaitu rendahnya keterampilan berpikir kritis peserta didik indikasinya terlihat dari; Pertama : Proses pembelajaran belum berorientasi pada pemecahan masalah. Kedua : Pada kegiatan pembelajaran peserta didik tidak diberikan kebebasan untuk melaksanakan investigasi, menganalisis dan mengevaluasi kegiatan penyelidikan. Ketiga : Peserta didik kesulitan menyelesaikan soal pada level HOTS.
Dari point diatas, praktik pembelajaran inovatif perlu dilakukan karena proses pembelajaran belum memfasilitasi peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, sehingga proses pembelajaran belum menjawab tantangan pendidikan di Abad-21. Sehingg praktik pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena saya kira banyak rekan guru yang mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang saya alami, disamping itu praktik pembelajaran ini penting untuk dibagikan karena :
- Praktik pembelajaran ini bisa memotivasi saya sendiri untuk mampu mendesain pembelajaran yang inovatif untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
- Praktik pembelajaran ini juga bisa memotivasi guru lain dalam mendesain pembelajaran yang inovatif untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
- Praktik pembelajaran ini bisa menjadi referensi dan inspirasi guru-guru lain tentang bagaimana cara untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Task (Tantangan)
Untuk mengeksplorasi lebih jauh lagi tentang permasalahan yang saya hadapi saya melakukan kegiatan wawancara dengan sesama guru IPA, kemudian guru yang mengajar juga di kelas yang sama, kepala sekolah, pengawas IPA dan juga dengan pakar. Saya juga melakukan kegiatan penelusuran informasi atau kajian pustaka yang relevan dengan permasalahan saya. Dari hasil Studi literatur dan wawancara ada beberapa penyebab masalah yang saya hadapi diantaranya yaitu Proses pembelajaran yang dirancang pendidik belum memfasilitasi peserta didik untuk memiliki keterampilan berfikir kritis, media pembelajaran yang digunakan pendidik belum memfasilitasi peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, konteks permasalahan yang dimunculkan didalam pembelajaran tidak sesuai dengan keseharian peserta didik (pembelajaran tidak kontekstual).
Berdasarkan uraian diatas tiga tantangan untuk mencarikan solusi dari permasalahan yang penulis hadapi diantaranya; Pertama : tantangan dari sisi penulis dalam hal ini guru diantaranya yaitu ; Pengembangan model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah sehingga bisa memfasilitasi peserta didik untuk berlatih keterampilan berpikir kritis., pengembangan media pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, pemanfaatan teknologi yang mendukung pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik abad 21 yang tidak bisa lepas dari teknologi. Kedua tantangan dari sisi peserta didik diantaranya; Peserta didik harus terbiasa melibatkan proses ketarampilan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, peserta didik harus berperan aktif sebagai subjek pembelajaran bukan lagi sebagai objek pembelajaran dan peserta didik harus dalam melaksanakan investigasi, menganalisis dan mengevaluasi kegiatan penyelidikan. Kemudian tantangan yang ketiga dari sisi sarana dan prasarana; sekolah penulis belum mempunyai laboratorium dan jaringan internet belum memadai untuk mendukung pemanfaatan IT.
Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut penulis melibatkan banyak pihak. Penulis mendapatkan bimbingan dari dosen-dosen hebat dari Universitas Negri Malang terkhusus Dr. Muntholib, M,Si, serta didampingi oleh guru pamong yang luar biasa Ibuk. Ririn Eka Wahyuni, S. Si., MAP, Kepala Sekolah yang selalu memotivasi Ibuk. Hj. Ismaniah, teman sejawat sebagai observer, peserta didik dan narasumber yang penulis.
Action (Aksi)
Berdasarkan tantangan yang dihadapi penulis, penulis menyusun strategi apa yang digunakan, bagaimana prosesnya, apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini. Langkah yang penulis lakukan yaitu memilih model pembelajaran inovatif dengan memahami karakteistik peserta didik dan karakteristik materi pelajaran. Ada dua model pembelajaran yang penulis anggap untuk mengatasi masalah yang akan dicarikan solusinya yaitu Problem Based Learning (PBL) dan Proyect Based Learning (PjBL).
Adapun model pembelajaran inovatif yang dipilih untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik adalah dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Problem Based Learning can promote the development of critical thinking skills, problem-solving abilities, and communication skills. It can also provide opportunities for working in groups, finding and evaluating research materials, and life-long learning (Duch et al, 2001).
Penggunaan model pembelajaran PBL ini memiliki kelebihan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah melalui tahap sintaks pada PBL yaitu melaksanakan investigasi dan menganalisis serta mengevaluasi proses penyelidikan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pada tahap melaksanakan investigasi, peserta didik melakukan telaah informasi yang diketahui dan tidak diketahui dimana peserta didik harus dapat memilih informasi mana yang tepat. Kemudian pada tahap menganalisis dan mengevaluasi hasil penyelidikan, peserta didik menggunakan hasil investigasi atau penyelidikan yang telah dilakukan untuk dapat mencari solusi yang tepat terkait masalah yang dihadapi. Secara aplikatifnya akan tertuang pada; pengembangan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis PBL, pengembangan bahan ajar berbasis PBL, pengembangan LKPD berbasis PBL dan pengembangan media pembelajaran serta pengintegrasian teknologi dalam pemebelajaran.
Setelah penulis mempersiapakan perangkat pembelajaran, penulis melakukan aksi nyata di kelas. Aksi yang penulis lakukan terbagi pada 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Pada tahapan ini penulis memerlukan bantuan dari teman sejawat sebagai observer dan juga sebagai peberi masukan bagi penulis setelah pembelajaran.
Result (Refleksi) dan Dampak
Dari pengamatan observer pada saat pembelajaran telah tampak adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik dari siklus 1 ke siklus 2. Dampak pemilihan model pembelajaran inovatif Problem Based Learning pada materi listrik dinamis telihat dari setiap langkahnya pembelajaran berikut.
Langkah pertama yaitu orientasi peserta didik pada masalah. Pada langkah pertama ini peserta didik disuguhkan tayangan gambar 2 buah struk pembayaran listrik 2 bulan terakhir dari suatu rumah beserta ilustrasi permasalahan di suatu rumah yang mengaalami kenaikan pembayaran listrik yang tidak normal. Terlihat peserta didik tertantang dengan permasalahan tersebut, kemudian peserta didik di rangsang dengan pertanyaan pemantik tentang masalah tersebut, sehingga ada beberapa dari siswa yang menyampaikan data, informasi-informasi serta pertanyaan terkait tayangan ilustrasi masalah yang akan dijadikan rumusan masalah. Pada siklus 1 peserta didik yang mau menyampaikan terkait data, informasi maupun pertanyaan terlihat lebih sedikit dari pada siklus 2.
Langkah kedua yaitu mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Peserta didik dibagi menjadi empat kelompok pada siklus 1 sehingga anggota kelompok ada yang berjumlah 3 orang dan 4orang. Hal ini dilakukan agar semua peserta didik ikut terlibat dalam diskusi kelompok dan masing-masing anggota kelompok diberikan LKPD serta 1 Chrombook untuk setiap kelompok.
Langkah ketiga yaitu membimbing penyelidikan kelompok. Pada siklus 1, menggunakan metode praktikum virtual menggunakan aplikasi PHET. Pada siklus ini harusnya pembelajaran di laboratorium tetapi namun keterbatasan sekolah tempat saya mengajar belum memiliki laboratorium dan alat serta bahan untuk melakukan praktikum secara langsung. Dengan menggunakan aplikasi PHET ternyata peserta didik melakukan nya dengan baik dan terlihat bersemangat. Siswa tampak berkerja sama sehingga penilaian sikap bekerja sama kecenderunganya positif yang dideskripsikan juga oleh observer. Pada tahap ini peserta didik menyelidiki sendiri pengaruh kuat arus listrik, tegangan dan hambatan terhadap daya listrik pada LKPD_1 (siklus 1) dan peserta didik juga melakukan pengumpulan data sendiri melalui aplikasi PHET dalam kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan bahan ajar, chromebook dan LKPD_1. Pada siklus 1 guru masih perlu membimbing peserta didik yang mengembangkan hasil penyelidikanya. Kemudian pada LKPD_2 (siklus 2) peserta didik melakukan penyelidikan biaya setiap alat elektronik yang digunakan sesuai ilustrasi masalah. Pada tahap ini peserta didik sudah tampak bisa mandiri melaksanakan investigasi, dengan melakukan telaah informasi yang diketahui dan tidak diketahui serta dapat memilih informasi mana yang tepat untuk penyelesaian maslah.
Langkah keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini peserta didik berdiskusi antar anggota kelompok dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKPD. Pada siklus 1 terlihat pada LKPD_1 peserta didik masih belum lengkap isian nya. Pada siklus 2, terlihat peserta didik lebih lengkap jawaban pada LKPD_2 nya hanya saja kemampuan siswa masih kurang mengembangkan hasil investigasinya.
Langkah kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada siklus 1, peserta didik kelompok 1 mempresentasikan di depan kelas tentang hasil penyelidikanya, kemudian peserta didik lain menyimak dan guru mengarahkan untuk mengevaluasi dan apresiasi kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil penyelidikanya. Tampak peserta didik lain kurang mampu mengevaluasi sehingga umumnya kelompok mengatakan bahwa presentasinya sudah tepat. Pada siklus 2, peserta didik sudah tampak mampu menganalisis dan mengevaluasi hasil penyelidikan menggunakan hasil investigasi atau penyelidikan yang telah dilakukan untuk dalam mencari solusi yang tepat terkait masalah yang dihadapi hal ini telihat dari adanya tanggapan terhadap kelompok yang presentasi.
Dampak pembelajaran juga bisa terlihat dari hasil evaluasi penulis terhadap peserta didik dari segi penyelesaian lembar instrumen pengetahuan. Pada setiap siklus penulis membuat soal dengan level kognitif bepikir tingkat tinggi dengan tujuan untuk mengukur berpikir kritis peserta didik. Pada siklus 1 persentase peserta didik yang benar yaitu 26,67 %. Kemudian pada siklus 2 persentase peserta didik menjawab benar yaitu 60 %. Dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 33,3 %. Dari pratek yang penulis lakukan berkesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran PBL berdampak terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Faktor pendukung keberhasilan pembelajaran ini karena menggunakan model pembelajaran PBL yang berpusat pada siswa, informasi pada pembelajaran menggunakan media power point yang menarik sehingga menambah minat belajar peserta didik. Pada pembelajaran ini juga melukan percobaan virtual PHET yang baru bagi pesertaa didik untuk melakukan kegitan penyelidikan. Penulis juga membuat bahan ajar yang mendukung keterlaksanaan pembelajaran. Selain faktor diatas faktor pendukung keberhasilan juga karena adanya bimbingan dari Dosen Pembimbing, Guru Pamong, Kepala Sekolah, teman sejawat sebagai observer, peserta didik dan narasumber yang diwawancarai serta sarana berupa chrombook yang dimiliki sekolah sehingga bisa dimanfaat dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan yang sudah guru lakukan adalah guru harus terus belajar untuk mengembangkan kompetensinya. Guru harus terus berubah dari mengajar menjadi membelajarkan dan yang terpenting adalah pembelajaran yang dilakukan harus disesuaikan dengan tantangan yang dibutuhkan peserta didik salah satunya kompetensi abad 21 yaitu berpikir kritis.
Discussion about this post