Oleh: Syahidin, S.Pd.I., M.A.M ahasiswa Prodi Doktor PendidikanAgama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
Natuna, leadernusantara.com-Pada era yang penuh tantangan disrupsi ini, Pendidikan Agama Islam (PAI) juga tidak ingin berada dalam keterpurukan, tertinggal jauh dari sistem pendidikan yang ada. Supremacy knowledge yang dikuasai barat di semua lini kehidupan membuat negara-negara muslim masih mengajarkan Pendidikan Agama Islam serta masih bergantung pada dunia Barat. Pada tataran implementasi, praktik Pendidikan Agama Islam juga mengalami banyak problematika, termasuk implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di jenjang sekolah.
Kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
Praktik pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah menuai banyak kritik dan tantangan, di antaranya Pendidikan Agama Islam belum terintegrasi dengan keilmuan lainnya, materi tentang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama semata. PAI diajarkan sebagai dogma serta kurang mengembangkan rasionalitas dan kecintaan pada kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, orientasi mempelajari Al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah pada pemahaman makna; serta, PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk meneliti tentang Model Pendidikan Agama Islam Multidisipliner. Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, Mengapa Perlunya Model Pendidikan Agama Islam Multidisipliner di Sekolah? Kedua, Bagaimana cara menerapkan Model Pendidikan Agama Islam Multidisipliner di sekolah? Penelitian ini bertujuan: pertama, mendeskripsikan tentang Perlunya Model Pendidikan Agama Islam Multidisipliner di Sekolah; dan kedua, mendeskripsikan cara menerapkan Model Pendidikan Agama Islam Multidisipliner di Sekolah.
1. Paradigma materi PAI multidisipliner
Keberadaan Pendidikan Agama Islam selayaknya tidak hanya membahas halal dan haram namun seyogyanya dapat mengambil peran penting dalam masalah-masalah sosial, seperti semakraknya isu-isu kemasyarakatan, yang berkaitan pengetahuan gender, lingkungan hidup, keberagaman dan dengan adanya beberapa isu-isu masyarakat sehingga membutuhkan solusi untuk menjawab berbagai problematika yang ada melalui ilmu pengetahuan sebagai jaringan ilmu yang saling berkaitan, oleh karenanya menjadi keniscayaan Pendidikan Agama Islam didekati dengan pendekatan Interdisipliner. Selama ini Pendidikan Agama Islam belum menggunakan pendekatan yang tepat. Akibatnya, menurut penilaian Mochtar Buchori maupun Soedjatmoko, kegiatan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung selama ini cenderung bersikap menyendiri, kurang berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya.
Pendidikan Agama Islam harus berinteraksi dan bersinkronisasi dengan pendidikan lainnya, jika menginginkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang relevan dan responsif terhadap perkembangan zaman. Sebenarnya Pendidikan Agama Islam dengan mata pelajaran atau mata kuliah lainnya bisa dipadukan melalui pendekatan pembelajaran terpadu. Setidaknya, pelajaran maupun perkuliahan Pendidikan Agama Islam itu dapat didialogkan dengan pelajaraan maupun perkuliahan disiplin ilmu lainnya baik sejarah, sosiologi, ekonomi, geografi, kesenian, biologi, fisika, kimia, matematika, astronomi, kedokteran, farmasi dan sebagainya.
Seiring problem pendekatan ini pada tahap berikutnya juga timbul problem metode dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi Pendidikan Agama Islam yang meliputi berbagai disiplin ilmu tersebut mencerminkan karakteristik yang kompleks sekali mulai dari materi yang bernuansa empirik, empirik-rasional, rasional, maupun suprarasional sehingga menuntut penggunaan metode yang bervariasi sesuai dengan karakteristik masing-masing materi Pendidikan Agama Islam tersebut. Sementara itu, selama ini mayoritas pendidik Pendidikan Agama Islam baik guru maupun dosen masih menggunakan metode konvensionaltertentu yang monoton, sehingga penjelasan-penjelasan mereka tentang materi PAI itu kurang menyentuh substansinya dan kurang menarik perhatian peserta didik. Akibatnya, pembelajaran Pendidikan Agama Islamkurang berhasil meskipun pada dataran kognitif (pengetahuan), apalagi pada dataran afektif (sikap dan perilaku) maupun psikomotorik (ketrampilan) tentu lebih memprihatinkan lagi.Untuk mengatasi problem-problem tersebut perlu ditemukan solusinya. Salah satu solusi ini adalah Pendidikan Agama Islam multidisipliner.
Pendidikan Agama islam dakam pembelajarannya bisa membuat siswa menarik perhatian pada bahan yang sedang dibahas, bagaimana urutan penyajian bahan, bagaimana mengakhiri pembahasan, untuk itu akan dibicarakan satu persatu.
a. Interesya itu usaha guru untuk menarik perhatian siswa pada materi pelajaran baru.
b. Titikpusat yaitu apa yang diuraikan, dikemukakan dan dijelaskan oleh guru
c. Rantai kognitif yaitu urutan-urutan atau sistematika dalam penyampaian bahan pelajaran.
Kontak yaitu hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan yang dibahas Pendidikan Agama Islam (PAI) selama ini belum menggunakan pendekatan yang tepat. Akibatnya, menurut penilaian Mochtar Buchori maupun Soedjatmoko, kegiatan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung selama ini cenderung bersikap menyendiri, kurang berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya. Pendidikan Agama Islam harus berinteraksi dan bersinkronisasi dengan pendidikan lainnya, jika menginginkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang relevan dan responsif terhadap perkembangan zaman. Sehingga Pendidikan Agama Islam dengan mata pelajaran atau mata kuliah lainnya bisa dipadukan melalui pendekatan pembelajaran terpadu. Setidaknya, jika dalam pelajaran maupun perkuliahan PAI itu dapat didialogkan dengan pelajaraan maupun perkuliahan disiplin ilmu lainnya baik sejarah, sosiologi, ekonomi, geografi, kesenian, biologi, fisika, kimia, matematika, astronomi, kedokteran, farmasi dan sebagainya. Untuk mengatasi problem tersebut perlu ditemukan solusinya. Salah satu solusi ini adalah Pendidikan Agama Islam Multidisipliner. Tantangan dan peluang pendidikan Islam. Karena itu tentu ada sebuah tawaran konsep pengembangan pendidikan agama Islam berbasis Multidisipliner di sekolah/madrasah dan perguruan tinggi (Islam).
Pada era yang penuh tantangan disrupsi ini, pendidikan Islam berada dalam keterpurukan, tertinggal jauh dari sistem pendidikan Barat. Supremacy knowledge yang dikuasai barat di semua lini kehidupan membuat negara-negara muslim masih bergantung pada dunia Barat. Pada tataran implementasi, praktik pendidikan Islam juga mengalami banyak problematika, termasuk implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di jenjang sekolah.
Praktik pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah menuai banyak kritik dan tantangan, di antaranya Pendidikan Agama Islam belum terintegrasi dengan keilmuan lainnya, materi tentang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama semata. Pendidikan Agama Islam diajarkan sebagai dogma serta kurang mengembangkan rasionalitas dan kecintaan pada kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, orientasi mempelajari Al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah pada pemahaman makna; serta, Pendidikan Agama Islam kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Pada tataran implementasi di sekolah, pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pun masih menyisakan beragam problematika.
2. Teori materi PAI multidisipliner
Pendidikan Islam adalah suatu proses penggalian, pembentukan, pendayagunaan dan pengembangan fikir, zikir dan kresi manusia, melalui pengajaran, bimbingan, latihan dan pengabdian yang dilandasi dan dinafasi oleh nilai-nilai ajaran Islam, sehingga terbentuk pribadi muslim yang sejati, mampu mengontrol, mengatur dan merasa kehidupan dilakukan sepanjang zaman dengan penuh tanggung jawab semata-mata untuk beribadah kepada Allah Swt.
Pendidikan Agama Islam sebenarnya tidak dapat di pisahkan dengan disiplin ilmu yang lain, hal ini menjadi jelas karena Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang kehidupan di akherat saja namun juga mengajarkan tentang kehidupan di dunia. Berbicara tentang teori Materi Pendidikan Agama Islam, tentu menyangkut semua disiplin ilmu yang ada. Baik sejarah sampai pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam relevan dari zaman ke zaman. Dalam sejarah umat manusia senantiasa muncul para ahli fikir yang menonjol dan pengaruhnya besar sekali terhadap trend perkembangan masyarakat masing-masing. Mereka berhasil mengamati kondisi dan situasi kehidupan masyarakat antara lain, dari aspek-aspek Pendidikan, budaya dan kehidupan yang dari padanya dicetuskan konsep-konsep pandangan serta pengarahan trends perkembangan masyarakat kearah keselamatan hidupnya, meskipun diantaranya ada yang berhasil dan diantaranya menemui ketidak-puasan.
3. Materi materi PAI multidisipliner
Peranan seorang guru dalam proses pendidikan yaitu menjadi subjek dalam aktifitas pembelajaran di sekolah, secara lansung guru berbaur dengan peserta didiknya dan memegang peran yang sangat vital dan penting dalam semua aktifitas pembelajaran demi terwujudnya tujuan pendidikan. Dalam Hal ini Guru PAI harus mampu memainkan peran karena pelajaran agam adalah pelajaran yang membentuk akhlak dan budi pekerti peserta didik hal ini terbukti jika pelajaran agama islam berlangsung pesert didik sangat antusias dalam mengikutinya karena dasar yang telah ditanamkan orang tuanya dari rumah khususnya pendidikan agama telah ada dan tugas guru tinggal mengembangkan apa yang telah ada. Dengan cara mengaitkan materi dengan proses kehidupan nyata yang disertai dengan contoh kongkrit (Cikka, 2020: 46).
Disini para pendidik, khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki pengetahuan terhadap Materi pendidikan yang sangat mewadahi agar dapat mendidik peserta didik melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki keterkaitan pada semua matapelajaran yang ada di sekolah.
4. Aplikasi Materi PAI Multidisipliner
PAI memiliki ruang lingkup sangat luas, antara lain menyangkut tentang materi yang bersifat normatif (alQur‘an), keyakinan atau kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan (aqidah), tatacara norma kehidupan manusia (Syariah/Fiqh), sikap dan perilaku inter dan antar manusia (akhlak) dan realitas masa lalu (sejarah/tarikh) (Putra dan Lisnawati, 2013). Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan proses bimbingan dan arahan yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk memberi pemahaman terhadap pesan yang terkandung di dalam agama Islam secara utuh dan komprehensif. Dengan kata lain, PAI merupakan proses memahamkan nilai-nilai atau pesan yang terkandung dalam agama Islam yang meliputi tiga aspek yang tidak bisa dipisahkan yaitu aspek knowing, doing dan being Lebih lanjut PAI dapat dipahami dari beberapa sudut pandang, yaitu 1) dari sudut pandang simbol, PAI sebagai proses atau lembaga yang secara formal menggunakan istilah yang relevan dengan agama Islam, seperti madrasah, pondok pesantren, majelis ta‘lim, atau menggunakan nama Islam, seperti SD Islam Terpadu, SMP Islam terpadu, SMA Islam terpadu. Pengertian PAI dalam sudut pandang ini hanya didasarkan formalitas kelembagaan; 2) dari sudut pandang subyek pengelola, PAI merupakan suatu proses atau lembaga yang dilaksanakan atau dikelola oleh orang-orang yang memiliki komitmen untuk mengembangkan nilai-nilai agama Islam walaupun dari sudut pandang simbol atau nama tidak menggambarkan agama Islam; 3) dari sudut pandang materi, PAI sebagai proses dan atau lembaga yang mengajarkan tentang nilai-nilai atau ruang lingkup agama Islam. Profesi pendidikan yang bertugas mengajarkan atau mendidik materi agama Islam maka disebut guru agama Islam. Lembaga yang mengajarkan nilai nilai atau ruang lingkup dari agama Islam maka dikatakan lembaga pendidikan Islam. Dari aspek muatan materi /substansi materi yang diajarkan. PAI setidaknya menyangkut tiga macam substansi materi yaitu Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib. Tarbiyah lebih menekankan optimalisasi kecerdasan intelektual (kognitif) yaitu upaya untuk membimbing peserta didik agar memiliki kualitas intelektualitas atau optimalisasi pengembangan rasio/akal pikiran. Ta’lim proses pendidikan yang menekankan pembentukan sikap, etika atau moral kepribadian. Oleh sebab itu ta‘lim lebih menekankan bagaimana peserta didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik dengan sesama manusia, dengan lingkungan. Ta’dib adalah proses pendidikan yang menekankan pentingnya mengenal dan memahami kekuatan diluar manusia yaitu adanya Allah swt. Pendidikan barat tidak akan mengajarkan ketiga aspek tersebut, pendidikan barat mayoritas; 4) dari sudut pandang epistemologi yaitu proses dan atau lembaga yang memiliki epistemologi yang berbeda dengan epistemologi non PAI (orang barat). Epistemologi adalah suatu cara untuk menemukan jawaban dari suatu kebenaran. PAI memiliki cara tersendiri untuk menemukan suatu kebenaran
Daftar Rujukan
Nasution. (1982). Azaz-Azaz Kurikulum. Bandung: Jemars
Putra, N. dan Lisnawati, S. (2013) Penelitian Kualitatif PAI. Bandung: Rosdakarya.
Sardar, Ziauddin, ed., (2000) Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim, Terj. Agung Prihantoro & Fuad Arif Fudyartanto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soeroyo, (1991) Berbagai Persoalan Pendidikan, Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam di Indonesia, Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Problem dan Prospeknya, Volume I, Fak. Tarbiyah IAIN Suka, Yogyakarta.
Usman, M.U. (1994). Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
Wahyuddin, dkk., (2009) Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kompas Gramedia
Wena, Made. (2009) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Cet. III; Jakarta: Rawamangun.
Zaini, Hisyam & Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, (2002) Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Cet. I; Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Discussion about this post