Oleh:
Syahidin, S.Pd.I.,M.A.,CH.,CHt.,CHTC.,CNLPTC.,CPS.,C.LBWP.,CSMPH
Sekretaris 2 FPLI Provinsi Kepulauan Riau, Ekahar Diana, S.Pd Koordinator Penggerak FPLI Provinsi Kepulaun RiauL, iterasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilannya, baik di sekolah maupun kehidupan bermasyarakat.
Hal yang paling mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca. Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal lainnya. Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik. Melalui mebaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Berdasarkan amanah UU Sisdiknas budaya membaca harus benar-benar diwujudkan, bukan sekedar slogan semata, karena dengan membudanya kemampuan membaca pada diri setiap anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik. Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup.
Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Didalam Undang Undang-undang Sistem Pendidikan nasional (Sisdiknas) Nomor 20/2003 pasal 4 ayat 5 menjelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Membaca memberikan pengaruh budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik di Indonesia masih rendah.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Literasi yang baik dapat mengasah kemampuan untuk menjadi berpikir secara kritis kreatif, inovatif serta menumbuhkan budi pekerti. Keterampilan berliterasi juga dapat mendorong untuk bisa memahami informasi secara reflektif, analitis dan kritis. Ada 6 literasi dasar yang harus kita ketahui, yaitu Literasi Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial serta Literasi Budaya dan Kewargaan.
Menurut UNESCO (The United Nations Educational Secientific and Cultural Organization), Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
Secara sederhana, literasi memang dipahami sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis. membaca dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diperoleh menjadi suatu pengertian, menulis berarti mengungkapkan pemikiran dengan mengukir lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.
Jadi kalau literasi hanya dipahami sederhana artinya bangsa ini punyai sejarah panjang terhadap aktivitas-aktivitas literasi tapi seiring dengan perkembangannya pemaknaan terhadap iterasi pun menjadi lebih luas.
Sejarahnya literasi itu bisa dikatakan melek huruf tapi sekarang hal itu sebetulnya sudah lama kita tinggalkan. Dari tahun 2010 kita tidak lagi bicara semata buta huruf atau melek huruf tapi sekarang sudah diartikan secara luas. Jadi bentuk paling dasar literasi memang baca tulis secara umum mengkonsumsi dan menuliskan.
Dalam konteks pemikiran literasi biasanya dihimpun atau dirumuskan dalam suatu konsep yang dikenal dalam bahasa Latin Republica Literaria kalau dalam bahasa Inggris disebut Republic of letters yaitu suatu Republik yang tersusun dari kegiatan orang tulis-menulis dan berbagai tempat di seluruh penjuru Eropa yang saling berkorespondensi atau saling berhubungan satu sama lain.
Lalu bagaimana literasi dan gerakan literasi bisa hadir di tengah masyarakat dunia? Pertama berawal dari satu revolusi percetakan di abad ke 14-15 oleh seorang pengrajin besi yang mengembangkan suatu teknik percetakan buku berdasarkan teknik mesin press untuk anggur. Kemudian dialih fungsikan menjadi alat pencetak buku.
Sebelum adanya mesin ini orang Eropa memproduksi buku dengan cara menulis ulang termasuk gambar dalam satu cetak itu bisa 250 lembar. itulah yang menimbulkan revolusi besar-besaran di Eropa. Kedua jaringan korespondensi atau surat-menyurat di antara penyuka budaya penulis dan lainnya di seluruh Eropa. Ketiga adanya Coffee Shop house yang muncul di Eropa dan dijadikan rujukan untuk berdiskusi hal-hal terbaru di bidang kebudayaan pemikiran dan seterusnya.
Sekarang ini di Indonseia selain Perpustakaan, Taman Baca Masyarakat (TBM), banyak kita temukan juga beberapa forum literasi. contohnya FPLI (Forum Penggerak Literasi Indonesia). Sebuah Forum yang bergerak dibidang literasi mulai dari Tingkat Pusat sampai Tingkat Daerah (Kabupaten/Kota) seIndonesia yang didalamnya tidak hanya beranggotakan dari satu bidang profesi maupun satu bidang disiplin Ilmu, tetapi dalam forum ini keanggotaan dan pengurus bisa dari profesi seperti: guru, dosen, senior literasi, mahasiswa, bahkan buruh harian lepas dan juga ibu rumah tangga bisa bergabung di FPLI.
Karena FPLI mempunyai visi asah Asih dan asuh. Sedangkan misinya adalah pertama menumbuhkan minat menulis dan membaca, kapan saja dan di mana pun berada setiap waktu dan kesempatan. kedua membiasakan menulis dan membaca di semua bidang kehidupan ketiga meningkatkan kemampuan menulis dengan mengikuti pelatihan atau Diklat baik daring maupun luring, keempat membukukan hasil tulisannya untuk dibagikan pada orang lain, kelima melestarikan budaya bangsa sebagai aset dan sumber inspirasi literasi Indonesia.
Tentu untuk memanjukan bangsa dan negara tidak terlepas dari Pengembangkan Literasi itu sendiri. Sehingga kita berkebajiban untuk menggerakkan literasi tersebut. Hal inilah yang dilakukan oleh FPLI Kepulauan Riau memberi kesempatan kepada orang-orang yang bergerak dibidang literasi untuk bergabung memajukan Literasi di Provinsi kepulauan Riau dengan sama-sama bergabung pada tautan:
https://chat.whatsapp.com/Jry1XKZsW8A2FiF7sy8bTs .
Selain itu dalam rangka memperingati hari Pendidikan dan Kebangkitan Nasional yang telah berlalu. FPLI sedang melakukan kegiatan menyusun dan menerbitkan buku Khasanah budaya dan destinasi daerah di seluruh Indonesia dalam bentuk puisi 28 baris. Kegiatan ini diperpanjang hingga tanggal 4 Juni 2022.
khusus masyarakat Kepulauan Riau jika ingin mengikuti kegiatan ini masih ada waktu serta bisa membaca syarat dan ketentuan kegiatan sebelum waktu yang ditentukan, dengan mengklik tautan berikut https://bit.ly/SyaratKetentuan-NaskahBangkitBudaya-FPLI2022. Lalu mengirim naskah puisi melalui Link berikut https://s.id/UploadNaskahPuisi .
Kedepannya FPLI akan terus membuat kegiatan dan salah satu kegiatan yang pernah dilaksanakan dengan sukses adalah membuat artikel bertemakan keris. Karena itu FPLI berkomitmen untuk menggerakkan literasi di Indonesia. Agar anak-anak bangsa dapat bersaing dikancah persaingan global.
DAFTAR RUJUKAN
Admindap. (2021). Manfaat Literasi.dap.bulelengkab.go.id.2022.
Ane, P. (2015). Membangun kualitas bangsa dengan budaya literasi. Prosiding SeminarNasional Bulan Bahasa UNIB 2015.
Depdikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang “Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota”. Jakarta.
Dirjen Dikdasmen. (2016). Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Menengah Atas.Jakarta: Direktorat Jenderal PendidikanDasar Dan Menengah KementerianPendidikan Dan Kebudayaan.
Hanggi, Olovia Herlina. (2016). “Tiga Perubahan Kecil dalam Literasi Sekolah.” Membumikan Gerakan Literasi di Sekolah. Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata.
Hernowo, ed. (2003). Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan Learning. Center
Discussion about this post